PRO KONTRA PENGGUNAAN HP BAGI SISWA DI SEKOLAH

Akhir – akhir ini kembali wacana pelarangan siswa (i) untuk membawa hp ke sekolah kembali mengemuka.  Hal ini disebabkan karena baru – baru ini adanya tindakan tidak bermoral yang dilakukan oleh sepasang siswa siswi SMP di Jakarta di ruangan kelas dan di tonton oleh teman – temannya sambil di rekam.  Hal ini tentu saja mencoreng nama baik dunia pendidikan kita.  Apalagi hal ini dilakukan di ruangan kelas.  Bukan berarti yang melakukan di luar sekolah itu baik tapi sekedar memberikan sebuah gambaran begitu bebasnya generasi muda kita sekarang ini.  Semoga saja ini bukan menjadi cerminan buruknya moral generasi muda kita secara keseluruhan.  Karena saya yakin masih banyak generasi muda kita yang bagus dan lurus.
Pelarangan membawa hp untuk siswa (i) sebenarnya bukan hal yang baru karena di daerah Bulukumba, Sulawesi Selatan pelarangan membawa hp bagi siswa (i) sudah diterapkan sejak dua tahun lalu.  Dan saya yakin banyak daerah juga sudah menerapkan hal tersebut sejak beberapa tahun yang lalu.  Sebagaimana sebuah kebijakan, pasti akan melahirkan sebuah pro dan kontra di masyarakat.  Bagi yang pro kebijakan ini, karena memang sebagaimana sebuah teknologi, hp selain membawa dampak positif yaitu kemudahan dalam berkomunikasi, juga membawa dampak negatif yaitu mudahnya diakses hal – hal yang berbau negatif (pornografi, dsb).  Nah, hal inilah yang dikhawatirkan oleh yang pro, dimana siswa (i) ini karena masih muda sehingga mereka belum bisa berpikir secara jernih tentang apa dampak dari tindakan mereka sehingga mereka bisa menyalahgunakan fitur – fitur yang ada di Hp mereka.  Apalagi sekarang ini, rata – rata hp yang dimiliki oleh siswa (i) merupakan hp yang berteknologi tinggi artinya hp tersebut bukan sekedar hanya bisa dipakai untuk berkomunikasi dan sms-an saja tapi lebih dari pada itu.  Sehingga peluang untuk menyalah gunakan fungsi hp itu terbuka lebar.  Sedangkan bagi yang kontra dengan kebijakan ini, mereka beralasan bahwa jika siswa dilarang membawa hp ke sekolah khawatirnya nanti ada apa – apa dengan siswa (i) tersebut, mereka akan kesulitan untuk menghubungi orang tua atau keluarga mereka.  Dan juga orang tua lebih mudah memantau anak – anak mereka kalau anak sekolah di ijinkan membawa hp ke sekolah.
Tapi sesungguhnya terlepas dari alasan yang dimiliki oleh yang pro dan kontra kebijakan ini, masing – masing tetap memiliki kelemahan di sisi lain.   Karena jika siswa (i) dilarang membawa hp ke sekolah dan tiba tiba ada kegiatan tambahan mendadak di sekolah sampai sore misalnya maka mereka akan kesulitan untuk menghubungi orang tua mereka untuk memberitahukan hal tersebut.  Dan tentunya hal ini akan membuat orang tua risau di rumah tapi kalau siswa (i) membawa hp maka itu akan memudahkan buat orang tua mengetahui keberadaan anak – anak mereka.  Dan jika ada hal – hal yang tidak diinginkan terjadi misalnya penculikan dsb, maka   keberadaan hp akan sangat membantu bagi siswa (i) tersebut untuk melaporkan hal tersebut ke pihak yang berwajib dan keluarga mereka.  Sedangkan jika siswa dibolehkan membawa hp, maka peluang mereka untuk melakukan tindakan tindakan asusila lewat gadget hp akan tinggi.  Karena anak muda biasanya gelora mudanya masih sangat tinggi dan masih dalam pencarian jati diri sehingga kadang mereka terjebak dalam perilaku yang negatif demi sebuah popularitas diri dan umumnya mereka tidak menyadari hal tersebut.  Nanti setelah semua sudah terjadi dan terkuak aib mereka, barulah menyesal.  Dan bisa juga siswa (i) yang membawa hp ke sekolah berbohong kepada orang tua mereka dengan menelepon bahwa mereka belum pulang sekolah karena lagi ada tugas kelompok dengan temannya padahal mungkin mereka sedang pergi kemana dengan teman – teman mereka.  Wallahu’alam.

Bagi saya sebagai seorang tenaga pengajar, solusi yang bisa diberikan adalah dengan memberikan kebebasan kepada siswa (i) untuk membawa hp ke sekolah dengan kebebasan yang terbatas.  Artinya, hp yang dibawa siswa haruslah hp yang murni betul betul hanya bisa untuk menelepon dan sms-an saja.  Tidak boleh memiliki fitur – fitur tambahan seperti bisa merekam, fhoto, dsb.  Karena fitur – fitur tambahan inilah sebenarnya yang paling banyak merusak moral generasi muda kita.  Makanya peran orang tua juga penting disini, dalam artian jika membelikan hp buat anak tidak usah yang terlalu “wah” meskipun misalnya si anak memaksa.  Orang tua harus tegas di sini demi kebaikan si anak sendiri.  Yang ke dua, guru harus pro aktif dalam melakukan sweeping secara berkala ke kelas – kelas untuk memeriksa kalau ada siswa yang melakukan pelanggaran.  Dan yang ketiga, guru selain menjadi pengajar juga harus bisa menjadi teman yang akrab bagi siswa (i) dan menjadi teladan bagi siswa(i) di sekolahnya.  Dan yang terakhir adalah peran orang tua di rumah sebagai benteng pertahanan moral bagi generasi muda kita.  Jangan terlalu sibuk mengejar materi dan melalaikan tanggung jawab untuk memberikan pendidikan moral bagi anak – anak kita di rumah.  Harus di ingat, untuk siapa kita mencari materi kalau bukan untuk anak – anak kita, makanya luangkan waktu untuk menjadi orang tua yang hebat di mata anak – anak kita yaitu dengan menjadi orang tua sekaligus sahabat bagi mereka.  Jangan sampai mereka mencari figur teladan di luar sana yang tidak sesuai dengan norma agama dan moral bangsa kita.  Saya yakin hal tersebut bisa mengurangi atau bahkan menghilangkan perilaku negatif yang timbul pada generasi muda kita. Itulah pendapat saya, kalau ada yang tidak berkenan dengan pendapat saya mohon di maafkan karena ini hanyalah sekedar sharing saran dari saya.  Terima kasih.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

RPP TEKNIK PENDEDERAN KOMODITAS PERIKANAN AIR TAWAR