IDENTIFIKASI PAKAN ALAMI
BAB I
IDENTIFIKASI
JENIS – JENIS PAKAN ALAMI
1.
Defenisi Pakan
Alami
Apakah
pakan alami itu? Sebelum membicarakan
pakan alami perlu dipahami terlebih dahulu arti katanya. Pakan merupakan peristilahan yang digunakan
dalam dunia perikanan yang mempunyai arti makanan. Alami menurut arti katanya adalah sesuatu
yang berasal dari alam. Oleh karena itu,
pakan alami bisa diartikan sebagai pakan
yang berasal dari alam yang dijadikan sebagai sumber makanan bagi organisme
budidaya utamanya yang masih berbentuk larva dan ketersediaannya dapat
diusahakan atau dibudidayakan.
Dalam
kenyataan sehari – hari, ada dua macam pakan yang umumnya diberikan kepada
organisme budidaya yaitu pakan alami dan pakan buatan. Pakan alami umumnya diberikan kepada
organisme budidaya yang masih stadia larva karena ukuran pakan alami cocok
dengan bukaan mulut larva sedangkan pakan buatan umumnya diberikan kepada organisme
budidaya yang sudah berukuran besar.
Pakan alami memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan pakan buatan
yaitu nilai gizinya sangat lengkap dan sesuai dengan tubuh ikan, tidak
menyebabkan penurunan kualitas air pada wadah budidaya ikan, meningkatkan daya
tahan tubuh benih ikan terhadap penyakit dan perubahan kualitas air, mudah
ditangkap karena pergerakan pakan alami tidak begitu aktif dan berukuran kecil
sesuai dengan bukaan mulut larva.
2.
Jenis
– Jenis Pakan Alami
Plankton
adalah makhluk (tumbuhan atau hewan) yang hidupnya mengapung, mengambang, atau
melayang di dalam air yang kemampuan renangnya (kalaupun ada) sangat terbatas
hingga selalu terbawa hanyut oleh arus.
Istilah “plankton” diperkenalkan oleh Victor Hensen tahun 1887, yang
berasal dari bahasa Yunani,”planktos”,
yang berarti menghanyut atau mengembara.
Plankton
sebagai pakan alami dapat dibedakan menjadi 2 golongan yaitu plankton nabati
atau fitoplankton dan plankton hewani atau zooplankton. Tetapi menurut ekologi dan cara hidupnya,
plankton dibedakan menjadi 3 golongan yaitu epiphyton (peryphyton), nekton, dan
benthos. Epiphyton adalah jenis
plankton, baik phytoplankton maupun zooplankton yang hidup menempel pada benda
– benda air atau melayang – layang dalam air.
Nekton adalah jenis plankton yang bisa bergerak aktif. Sedangkan benthos adalah jenis plankton yang
hidup menetap di bagian dasar perairan.
Pakan
alami tumbuh subur pada perairan yang banyak mengandung bahan – bahan organik
dan anorganik serta menerima sinar matahari secara langsung. Tetapi pakan ini bisa pula ditumbuhkan dalam
tempat yang sempit, tertutup dan di dalam media yang terbatas asalkan memenuhi
persyaratan tumbuh, seperti suhu, intensitas cahaya, dll. Tidak semua jenis plankton memenuhi
persyaratan untuk dijadikan pakan alami.
Beberapa faktor yang dapat digunakan sebagai patokan untuk menentukan
apakah jenis plankton itu termasuk kategori pakan alami adalah sebagai berikut
:
a. Bentuk
dan ukuran sesuai dengan lebar bukaan mulut ikan pemakannya
b. Mudah
diproduksi secara massal
c. Kandungan
sumber nutrisinya tinggi
d. Isi
sel padat dan mempunyai dinding sel tipis sehingga mudah dicerna oleh ikan
e. Cepat
berkembangbiak dan memiliki toleransi yang cukup tinggi terhadap perubahan
lingkungan sehingga lestari ketersediaannya
f.
Tidak mengeluarkan senyawa beracun
g. Gerakannya
menarik bagi ikan tetapi tidak terlalu aktif sehingga mudah ditangkap.
Pada materi ini, yang akan dibahas adalah golongan
pakan alami yang terdiri dari Fitoplankton, Zooplankton, dan Bentos beserta
jenis – jenisnya.
BAB
II
PHYTOPLANKTON
1.
Defenisi
Phytoplankton
Phytoplankton adalah organisme air yang berukuran kecil yang melayang –
layang mengikuti pergerakan air dan berupa jasad nabati. Ukurannya sangat kecil, tidak dapat dilihat
dengan mata telanjang. Ukuran yang
paling umum berkisar antara 2 – 200 Β΅m (1 Β΅m = 0,001 mm). Umumnya berupa individu bersel tunggal,
tetapi ada juga yang membentuk rantai.
Meskipun ukurannya sangat halus namun bila mereka tumbuh sangat lebat dan padat bisa menyebabkan perubahan pada warna
air laut yang bisa terlihat. Phytoplankton
merupakan jenis plankton yang umumnya beraktifitas pada pagi hingga siang hari.
Hal ini dikarenakan phytoplankton merupakan jenis tumbuhan mikroskopis yang
dapat berfotosintesis. Adapun ciri – ciri phytoplankton lebih lengkapnya sebagai berikut :
- Merupakan produsen
- Berbentuk filamen, atau multisel
- melayang-layang di air – gerakannya mengikuti arus, angin, ombak
- merupakan organisme laut yang menjadi makanan utama bagi ekosistem laut
- mampu memproduksi makanannya sendiri melalui proses fotosintesis. (senyawa anorganik, nitrat, fosfat, energi matahari dan CO2)
- Selalu di permukaan air, karena sebagai tumbuhan memerlukan sinar matahari untuk fostosintesa
Fitoplankton mempunyai fungsi penting di laut, karena bersifat autotrofik,
yakni dapat menghasilkan sendiri bahan organik makanannya. Karena kemampuannya memproduksi bahan organik
dari bahan inorganik dengan proses fotosintesis maka fitoplankton disebut juga
sebagai produsen primer (primary producer).
Meskipun fitoplankton membentuk sejumlah besar biomassar di laut, kelompok
ini hanya diwakili oleh beberapa filum saja.
Phytoplankton yang hidup di dalam perairan ini akan memberikan warna yang khas pada perairan tersebut seperti
berwarna hijau, biru atau cokelat. Hal
ini dikarenakan di dalam tubuh phytoplankton terdapat zat warna atau
pigmen. Zat warna atau pigmen ini dapat
diklasifikasikan seperti berikut.
1.
Warna biru
(Fikosianin)
2.
Warna hijau
(Klorofil)
3.
Warna pirang
(Fikosantin)
4.
Warna merah
(Fikoeritrin)
5.
Warna kuning
(Xantofil)
6.
Warna keemasan
(Karoten)
2.
Jenis – Jenis
Phytoplankton
Untuk mengetahui lebih
jauh tentang jenis – jenis phytoplankton terlebih dahulu harus kita
ketahui sistem taksonomi atau klasifikasi
dari phytoplankton. Taksonomi
tumbuh-tumbuhan berbeda dengan atau tidak tergantung pada taksonomi hewan,
walaupun takson-takson tingkat menengah dan bawah sama dengan takson hewan
seperti suku, marga dan jenis. Dunia
tumbuh-tumbuhan dibagi menjadi empat divisi utama, yakni Thallophyta,
Bryophyta, Pteridophyta dan Spermatophyta.
Dari keempat divisi ini, hanya Thallophyta dan Spermatophyta yang
terdapat di laut. Bryophyta dan
Pteridopyta khusus tumbuh-tumbuhan darat.
Karena kita berbicara tentang phytoplankton, maka kita hanya akan membahas
tentang divisi utama Thallopyta. Hampir
semua kelompok tumbuh-tumbuhan laut termasuk dalam divisi ini. Sifat khas divisi ini adalah primitif,
artinya badannya sedikit atau tidak terbagi-bagi dalam alat vegetatif seperti
akar yang sebenarnya, ranting atau cabang dan daun. Kelompok dari divisi ini adalah alga laut dan
bakteri laut. Kita tidak membahas
tentang bakteri laut karena bukan bidang telaahan kita pada materi kita kali
ini.
Sebagian besar alga laut berwarna indah
dan ada pula yang bercahaya. Hal ini
disebabkan oleh pigmen – pigmen dari kromatofor (chromatophore) menyadap sinar matahari untuk fotosintesis. Pembagian kelas dari divisi ini didasarkan
pada perbedaan warna yang dimiliki.
Kelas – kelas tumbuhan dari Thallophyta adalah :
1. Myxophyceae (Alga hijau – biru)
2. Chlorophyceae (Alga hijau)
3. Phaeophyceae / Bacillariophyceae (Alga coklat)
4. Rhodophyceae (Alga merah)
5. Chrysophyceae (Alga hijau – kuning)
Telah disebutkan di atas bahwa warna
memberi sifat kelas tumbuh – tumbuhan laut ini tetapi sifat – sifat lain yang
berkaitan dengan struktur sel dan daur hidup lebih fundamental dalam membeda –
bedakan kelima kelas alga laut tersebut.
Setiap kelompok mempunyai bentuk yang sangat beragam.
a.
Myxophyceae (Alga hijau – biru)
Kelas ini terdiri dari tumbuh – tumbuhan kecil yang kurang terorganisasi,
beberapa diantaranya terdiri dari tumbuh – tumbuhan bersel tunggal dan lainnya
bersel banyak. Warna tumbuh – tumbuhan
ini disebabkan terdapatnya pigmen tambahan terlarut dalam air yang dinamakan
fikosianin (phycocyanin).
Dinding sel dari kelompok ini biasanya terdiri dari bahan kitin, bukan
selulosa seperti yang dimiliki oleh tumbuh – tumbuhan lain. Beberapa bersifat endofitik (endophytic),
yaitu mereka yang hidup di dalam tubuh tumbuh – tumbuhan lain dalam suatu
asosiasi yang dinamakan simbiosis.
Misalnya di dalam sel diatom, Rhizosolenia, mungkin hidup alga jenis Richelia intracellularis.
Perkembangbiakan dilakukan dengan pembelahan aseksual. Sederhananya adalah satu sel tumbuhan
membelah menjadi dua sel tumbuhan yang lebih kecil ukurannya. Setelah tumbuh kemudian membelah menjadi dua
dan seterusnya. Jenis alga yang
membentuk rantai sel, rantai itu membelah menjadi bagian – bagian yang lebih
kecil sebagai tubuh perkembang – biakan yang dinamakan hormogonia (Y : hormos =
rantai; gone = generasi). Pembelahan sel
dalam hormogonia menambah panjangnya rantai.
Contoh : Richelia intracellularis, anabaena torulosa, trychodesmium erythraeum, T. contortum, T. thiebauti, T. hildebrantii.
Sebaran kelompok ini lebih banyak di air tawar dan payau sedangkan di laut
kurang penting. Di perairan laut bersuhu
hangat mereka pada saat – saat tertentu menimbulkan gejala lendir.
b.
Chlorophyceae (Alga hijau)
Sesuai dengan namanya, kelompok alga ini berwarna hijau. Pigmen dari kloroplas (chloroplast), yakni
bentuk sel yang mengandung pigmen untuk fotosintesis, mencakup dua jenis
klorofil, yakni klorofil-a dan klorofil-b, dan berbagai karotinoid. Warna kuning dan oranye dari pigmen
karotinoid tertutup oleh berlimpahnya klorofil yang berwarna hijau.
Perkembangbiakan
dilakukan dengan cara seksual dan aseksual.
Alga hijau terdapat terutama di mintakat litoral bagian atas, khususnya
di belahan bawah dari mintakat pasut, dan tepat di daerah bawah pasut sampai
kejelukan 10 meter atau lebih, jadi di habitat yang mendapat penyinaran
matahari bagus. Alga ini terdapat
berlimpah di perairan hangat (tropik).
Di laut Kutub Utara, alga hijau ini lebih jarang ditemukan dan bentuknya
kerdil. Beberapa contoh marga dari alga
hijau yaitu Caulerpa (C. racemosa, C.
Sertularioides, C. Prolifera, C. floridana), Ulva (U. Reticulata, U. lactuca),
Valonia (Valonia ventricosa), Dictyosphaera (Dyctyosphaera cavernosa), Halimeda(H.
scabra, H. fragilis, H. opuntia, H. monile, H. Incrassata), Chaetomorpha (C.
crassa), Codium (C. tomentosum, C. decorticatum), Udotea, Tydemania (T.
expeditionis), Bernetella (B. nitida), Burgesenia(B. forbesii), Neomeris (N.
annulata).
c.
Phaeophyceae (Alga coklat)
Alga coklat hampir semuanya tumbuh – tumbuhan laut, hanya sedikit yang
hidup di air tawar. Pigmen – pigmen dari
kelas ini terdiri dari klorofil yang ditutupi oleh pigmen – pigmen kuning dan
coklat, santofil (xanthophyll), karoten dan fukosantin (fucoxanthin). Merupakan kelompok alga yang terbesar
ukurannya diantara kelompok alga laut.
Alga coklat berkembang sangat baik di perairan dingin, karenanya alga ini
khas tumbuh – tumbuhan pantai berbatu di daerah lintang tinggi. Sedangkan Sargassum
dan alga lain dari ordo Fucales merupakan alga dari perairan tropik dan
subtropik. Alga coklat berkembang biak
secara seksual.
Di Indonesia ada delapan marga alga coklat yang sering ditemukan yaitu Cystoseira sp, Dictyopteris sp, Dictyota,
Hormophysa, Hydroclathrus, Padina, Sargassum, dan Turbinaria.
d.
Rhodophyceae (Alga merah)
Hampir
semua alga merah adalah tumbuh – tumbuhan laut.
Diantara kelompok – kelompok alga laut, alga merah yang teramat mencolok
dalam hal warna. Beberapa diantaranya
bercahaya. Banyak dari jenis – jenis
yang kecil sekali ukurannya merupakan benda – benda makroskopik yang
indah. Pigmen – pigmen ari kromatofor
terdiri dari klorofil biasa bersama – sama dengan santofil, karotin dan sebagai
tambahan fikoeritrin yang merah dan kadang – kadang fikosianin.
Berbagai
warna tumbuh – tumbuhan terdapat dalam kelompok alga ini. Ada yang merah ungu, violet, dan
cokelat atau hijau. Jenis – jenis yang tumbuh di tempat yang
jeluk berwarna cokelat murni. Ini
mungkin berkaitan dengan kemampuan mensintesis secara efisien pada cahaya yang
redup pada perairan yang jeluk dibandingkan dengan jenis – jenis yang hidup di
perairan dangkal.
BAB III
ZOOPLANKTON
1.
Defenisi Zooplankton
Zooplankton, disebut juga plankton hewani,
hewan yang hidupnya mengapung, atau melayang dalam perairan. Kemampuan renangnya sangat terbatas hingga
keberadaannya sangat ditentukan kemana arus membawanya. Zooplankton bersifat heterotrofik, yang
maksudnya tak dapat memproduksi sendiri bahan organik dari bahan inorganik. Oleh karena itu, untuk kelangsungan hidupnya
ia sangat bergantung pada bahan organik dari fitoplankton yang menjadi
makanannya. Jadi zooplankton lebih
berfungsi sebagai konsumen (consumer)
bahan organik.
Ukurannya yang paling umum berkisar 0,2 –
2 mm, tetapi ada juga yang berukuran besar misalnya ubur – ubur yang bisa
berukuran sampai lebih satu meter. Kelompok
yang paling umum ditemui antara lain kopepod (copepod), eufausid (euphausid),
misid (mysid), amfipod (amphipod), kaetognat (chaetognath). Zooplankton dapat dijumpai hampir di semua
perairan mulai dari tawar, estuaria sampai laut.
Zooplankton ada yang hidup di permukaan
dan ada pula yang hidup di perairan dalam.
Ada pula yang dapat melakukan migrasi vertikal harian dari lapisan dalam
ke permukaan. Hampir semua hewan yang
mampu berenang bebas (nekton) atau yang hidup di dasar laut (bentos) menjalani
awal kehidupannya sebagai zooplankton yakni ketika masih berupa telur dan
larva. Baru dikemudian hari menjelang
dewasa, sifat hidupnya yang semula sebagai plankton berubah menjadi nekton atau
bentos.
2.
Jenis – Jenis Zooplankton
Meskipun jumlah, jenis, dan kepadatannya
lebih rendah daripada fitoplankton, mereka membentuk kelompok yang lebih
beraneka ragam. Setidak – tidaknya ada
12 filum yang mewakili kelompok zooplankton ini dan ukurannnya sangat beragam,
dari yang sangat kecil atau renik sampai yang garis tengahnya lebih dari satu
meter.
2.1
Tintinid
Hewan yang hidup sebagai plankton yang
paling primitif adalah hewan dari filum Protozoa. Hewan ini bersel tunggal, yang mempunyai
sitoplasma, sitomembran (dinding sel) dan satu atau lebih inti (nucleus). Protozoa mempunyai keanekaragaman jenis yang
sangat tinggi tetapi yang hidup di laut sebagai plankton umumnya dapat
digolongkan dalam kelas Ciliata (Infusoria) dan Sarcodina (Rhizopoda). Salah satu bangsa (ordo) terpenting di bawah
Ciliata ini adalah Tintinnida atau dengan sebutan akrab tintinid, sedangkan
kelompok lainnya yang penting di bawah Sarcodina adalah Foraminifera (lazim
disebut foram) dan Radiolaria.
Tintinid mempunyai banyak jenis yang hidup
sebagai plankton. Ukurannya beragam yang
umumnya berkisar dari 30 – 150 Β΅m. Pada
umumnya tintinid mempunyai bentuk seperti piala, tabung, gentong, atau seperti
genta (bell). Beberapa contoh marga yang
umum dijumpai antara lain Tintinnopsis,
Stenosemella, Codonellopsis, Helicostomella,
Favella, Parafavella dan Epilocylis.
Dari segi sebaran vertikalnya, tintinid
umumnya hidup di lapisan permukaan, tidak lebih dari kedalaman 100 meter. Persebaran tintinid ada juga yang mengalami
perubahan musiman. Di pantai Cina
misalnya, Tintinnopsis merajai pada
musim semi (spring), sedangkan pada musim panas Favella yang merajai.
Tintinid mempunyai peran penting dalam ekosistem laut, sebagai makanan
bagi berbagai larva ikan, udang, dan moluska.
Oleh karena itu kehadirannya akan sangat menunjang keberhasilan produksi
jenis – jenis biota laut yang mempunyai nilai ekonomi penting.
2.2
Foram
Foram adalah nama singkat atau nama umum
yang digunakan untuk merujuk pada hewan dari bangsa (ordo) Foraminifera, yang
berada di bawah kelas Sarvodina, filum Protozoa. Foram mempunyai cangkang yang berbahan kapur
karbonat. Ada dua tipe foram, yakni tipe
yang tak berlubang – lubang dan tipe yang berlubang - lubang.
Foram mempunyai ukuran yang beragam, dari
sekitar 100 Β΅m hingga lebih dari 1 mm.
Identifikasi dan klasifikasi foram lazim didasarkan pada ciri – ciri
cangkangnya, seperti misalnya komposisi dan strukturnya, ornamentasi pada
permukaannya, susunan dan tata ruang sel, bentuk dan posisi lubang dan ciri –
ciri lainnya. Sementara hewan itu
bertumbuh, jumlah ruang selnya pun bertambah.
Antara ruang yang satu dengan yang lain terdapat lubang kecil yang
membentuk saluran.
Foram di laut mempunyai jenis yang sangat
banyak, diperkirakan lebih 4000 jenis, tetapi hanya sekitar 40 jenis yang hidup
sebagai plankton. Selebihnya merupakan
jenis foram yang hidup sebagai bentos, atau hidup di dasar laut. Sebarannya mulai dari perairan pantai hingga
ke perairan oseanik. Marga foram
plankton yang umum dijumpai, antara lain Globigerina,
Globigerinoides, Globigerinita, Globigerinella,
Neogloboquadrina, Globigerinoides, Globigerinita, Globigerinella,
Neogloboquadrina, dan Pulleniatina.
2.3
Radiolaria
Radiolaria merupakan zooplankton yang
tergolong dalam kelas Sarcodina, filum Protozoa. Hewan ini umumnya mempunyai bentuk cangkang
yang bulat, dengan berbagai variasi struktur yang umumnya mempunyai simetri
radial, memencar. Itu pula sebabnya ia
dinamai Radiolaria. Kerangkanya berupa
jejaring yang membentuk pola geometri yang simetris menampilkan bentuk yang
sangat indah. Apalagi bahan pembentuk
kerangkanya itu terbuat dari bahan silika berupa kristal gelas opal, bagaikan karya
seni yang tiada bandingannya. Namun
bentuknya dalam jalinan yang rumit nan indah itu detailnya hanya dapat dikagumi
lewat mikroskop, karena ukurannya sangat kecil.
Ukuran sel radiolaria umumnya berkisar antara 30 Β΅m hingga 2mm. Ciri – ciri kerangkanya, misalnya bahan
pembentuknya dan morfologinya, menjadi dasar yang penting untuk
identifikasi. Bentuk selnya mempunyai
banyak perlanjutan bagaikan duri, akan memperbesar total permukaan luas selnya
hingga akan membantu pula dalam daya apungnya (buoyancy) dalam air.
Radiolaria terdapat meluas di laut, tatapi
lebih banyak ditemui di perairan tropis, biasanya pada perairan lepas pantai
dengan salinitas di atas 30 psu. Hewan
ini terbanyak dijumpai di laut lapisan teratas hingga kedalaman beberapa ratus
meter, meskipun ada juga dilaporkan yang hidup di lapisan yang lebih
dalam. Sebaran geografiknya, baik di
permukaan maupun di bawah permukaan, banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor
oseanografi setempat, seperti suhu salinitas, dan arus.
2.4
Ubur – ubur
Ubur – ubur plankton yang hidup di laut
amat beragam, dari berukuran kecil hingga yang berukuran raksasa. Namun yang dianggap sebagai ubur – ubur
sejati yang sangat umum dijumpai di laut adalah dari kelas Scyphozoa (Scyphomedusae). Diperkirakan ada sekitar 200 jenis. Hidupnya di seluruh laut, dari permukaan
hingga laut dalam. Sebagian besar tubuh
ubur – ubur terdiri dari air (bisa sekitar 95 – 99) yang membuat daya apungnya
(buoyancy) sangat cocok untuk hidup melayang dalam laut.
2.5
Ktenofor
Istilah
Ctenophora berasal dari bahasa Yunani kuno, ”ctena” = sisir dan “phora”
= mempunyai atau memiliki. Jadi
keseluruhannya berarti yang mempunyai sisir.
Dinamakan demikian karena filum ini memiliki alat tubuh yang dapat
bergetar yang memungkinkannya untuk bergerak.
Dalam perkembangbiakannya, ktenofor umumnya bersifat hermaprodit artinya
seekor hewan dapat menghasilkan sekaligus sel kelamin jantan dan betina. Setelah dipijahkan, keduanya akan menyatu
dalam proses pembuahan dan selanjutnya menjadi larva hingga menjadi dewasa.
Ktenofor
juga dikenal dapat menghasilkan bioluminisensi (bioluminescence) atau cahaya hayati yang menghasilkan cahaya kebiru
– biruan. Selain itu, kibaran sisir –
sisirnya juga dapat menghasilkan cahaya (light-scattering)
yang membuat penampilan hewan ini menarik.
Seluruh
jenis yang berada di bawah filum Ctenophora hidup di laut dan sebagian besar
hidup sebagai plankton. Penyebarannya
mulai dari perairan pantai hingga perairan samudra (oseanik). Penyebaran tiap jenis ditentukan oleh
berbagai faktor lingkungan seperti suhu, salinitas, dan faktor lainnya. Jumlah seluruh jenis spesies dibawah filum
ini diperkirakan di seluruh laut dunia hanya ada sekitar 100 – 150 jenis,
tetapi masih banyak yang belum dikenal.
2.6
Kaetognat
Chaetognatha merupakan filum dalam dunia
hewan yang seluruh jenisnya hidup di laut.
Nama Chaetognatha berasal dari bahasa Yunani kuno, “chaete” = bulu kaku (bristle), dan “gnathos” = rahang, jadi keseluruhannya bermakna “yang mempunyai
rahang berbulu – kaku”. Nama itu
diberikan karena memang ia mempunyai rahang yang bnetuknya bagai bulu kasar dan
kaku, yang digunakan untuk menangkap mangsanya.
Rahang ini berupa sepasang rangkaian bulu kasar yag dapat dikuncupkan,
sedangkan bila akan menerkam mangsanya rahangnya dapat dimekarkan.
Kaetognat merupakan hewan pemangsa yang
buas dan rakus. Makanannya termasuk
berbagai zooplankton, misalnya kopepod bisa mencapai 95 % dari konsumsinya.
Tetapi hewan besar, termasuk larva ikan dapat pula diserang dan
dimakannya. Kemampuan renangnya yang
dpaat melesat, dan bentuk tubuhnya yang umumnya
langsing memanjang dan silindris, menyebabkan hewan ini dijuluki “arrow worm” atau “cacing panah” meskipun tak ada hubungannya dengan cacing yang biasa
kita kenal.
Kaetognat umumnya berukuran sekitar 2 – 3
cm, tetapi ada juga yang bisa mencapai 5 – 10 cm. Diperkirakan di seluruh laut dunia terdapat
sekitar 100 jenis yang berada di bawah 15 marga, tetapi yang hidup sebagai
plankton hanya ada enam marga, yang umum ialah Sagitta, Eukrohnia, Pterosagitta, Spadella, Heterokrohnia,
dan Krohnitta. Yang paling banyak jenisnya adalah Sagitta.
Hewan ini bisa dijumpai mulai dari perairan pantai hingga di perairan
oseanik.
2.7
Kopepod
Kopepod adalah nama umum yang
diberikan untuk hewan dai subkelas Copepoda, dibawah kelas Krustasea, filum
Arthropoda. Nama Copepoda berasal dari
bahasa Yunani kuno “cope” = dayung dan “poda”
= kaki, atau keseluruhannya berarti yang mempunyai kaki dayung. Diberi nama demikian karena kopepod mempunyai
kaki-kaki renang yang kuat yang memungkinkannya sewaktu waktu dapat berengan
melesat dengan kecepatan tinggi dengan gerakan yang menyentak nyentak.
Di dunia
diperkirakan ada sekitar 12.000 jenis kopepod, tetapi tidak semua hidup sebagai
plankton. Kopepod hidup di perairan
tawar, payau maupun di perairan oseanik.
Ada kopepod yang hidup sebagai parasit pada ikan, ada pula yang hidup sebagai
bentos (hidup di dasar laut). Tetapi
yang paling banyak terdapat di laut adalah kopepod plankton. Ukuran kopepod relatif kecil, sekitar 0,5 – 2
mm, meskipun ada pula yang berukuran relatif besar, sampai sekitar 1 cm atau
lebih.
Sebagian
besar kopepod plankton hidup sebagai herbivor, yang menyantap fitoplankton,
misalnya diatom. Namun tidak semua
kopepod bersifat herbifor, ada juga sebagian yang hidup sebagai karnivor dengan
memangsa zooplankton lainnya meskipun jenis semacam ini jumlahnya tidak banyak. Contoh yang bersifat karnivor yaitu
kebanyakan kopepod siklopoid dan beberapa jenis kalanoid misalnya Tortanus.
Kopepod
plankton pada umumnya dapat dibagi menjadi tiga kelompok utama yakni bangsa
kalanoid (calanoid/Calanoida), siklopoid (cyclopoid/Cyclopida) dan harpaktikoid
(harpacticoid/Harpacticoida).
2.8
Berbagai Plankton Krustasea selain Kopepod
Krustasea
(Kelas Crustasea) mempunyai jenis yang sangat banyak yang hidup di laut. Kepiting, rajungan, udang adalah contoh yang
sangat umum dikenal. Siklus hidup mereka
diawali dari telur dan larva yang hidup sebagai plankton. Namun setelah dewasa mereka tidka lagi
sebagai plankton, tetapi berubah dengan hidup berenang bebas atau hidup di
dasar laut. Jadi hanya awal kehidupannya
saja sebagai plankton, atau disebut sebagai meroplankton. Disamping itu banyak pula krustasea yang
seluruh siklus hidupnya dijalaninya sebagai plankton dan disebut holoplankton. Krustasea yang paling banyak hidup sebagai
holoplankton, baik dilihat dari segi keanekaragamannya maupun kelimpahannya,
adalah kopepod (copepod, subkelas Copepoda). Tetapi selain kopepod, terdapat berbagai
jenis krustasea lain yang juga hidup sebagai holoplankton. Atau sebagai tikoplankton, yakni hidup di
dasar tetapi sewaktu – waktu dapat naik ke atas dan mengembara sebagai
plankton. Jumlah jenisnya memang relatif
tak banyak tetapi mereka mempunyai relung (niche)
tersendiri dalam berfungsinya ekosistem laut.
Di antaranya ada juga yang mempunyai nilai ekonomi. Beberapa diantaranya dapat dijelaskan secara
singkat sebagai berikut.
2.8.1
Kladosera
Kladosera
(cladocera, subkelas Cladocera)
merupakan kelompok krustasea yang sederhana, berukuran kecil, sekitar 0,5 – 1
mm. Kladosera sebenarnya lebih banyak
hidup di lingkungan air tawar, dan dikenal sebagai kutu air (water fleas). Hanya sedikit yang hidup di laut. Diperkirakan kladosera hanya mempunyai 11
jenis yang murni hidup di laut. Salah
satu ciri kladosera adalah kemampuannya untuk berpartenogenesis yang maksudnya
sang betina dapat menghasilkan keturunannya tanpa membutuhkan sang jantan untuk
membuahi telur.
Marga yang
paling umum dijumpai adalah Penilia, Podon, dan Evadne. Mereka biasanya hidup
di perairan neritik dekat pantai, kadang kala sampai jauh ke tengah. Arus dan massa air tampaknya sangat
menentukan persebarannya hingga jenis tertentu seperti Penilia avirostris dapat dijadikan sebagai jenis indikator massa
air untuk perairan pantai.
2.8.2
Ostrakod
Ostrakod (ostracod, subkelas Ostracoda) merupakan krustasea berukuran kecil,
sekitar 1 – 2 mm, meskipun ada juga yang bisa berukuran lebih besar. Tubuhnya mempunyai cangkang yang keras berzat
kapur, bentuknya setangkup dengan engsel di bagian punggung, sepintas lalu
tampilannya mirip kerang pada moluska.
Fosil ostrakod banyak digunakan dalam kajian palaeontologi, geologi, dan
dalam eksplorasi sumberdaya minyak bumi.
Hewan ini ada yang hidup di dasar, atau dekat dasar, tetapi banyak pula
yang sepenuhnya hidup sebagai plankton.
Ostrakod juga dapat menghasilkan turunannya lewat partenogenesis atau
tanpa membutuhkan jantan untuk membuahi telur.
Juga banyak yang dapat menghasilkan cahaya hayati atau bioluminisensi,
misalnya Cypridina.
2.8.3
Amfipod
Amfipod (amphipod, ordo Amphipoda) mempunyai ciri tubuh yang beruas – ruas
dan pipih kiri – kanan (laterally
compressed), mempunyai mata yang jelas, serta umbai – umbai (appendages) dengan struktur dan fungsi
yang berbeda – beda. Sebenarnya banyak
amfipod hidup sebagai bentos (di dasar laut) tetapi ada pula beberapa jenis
yang sepenuhnya hidup sebagai plankton (holoplankton) misalnya amfipod dari
sub-ordo Hyperiidea, yang dapat merupakan komponen penting dalam zooplankton
laut. Kelompok ini malah mempunyai
sebaran yang luas di dunia, terutama di perairan tropis dan subtropis. Amfipod juga mempunyai peran penting sebagai
makanan bagi berbagai jenis ikan termasuk jenis – jenis ikan yang mempunyai
nilai ekonomi. Umumnya amfipod adalah
karnivor yang memangsa berbagai plankton lainnya termasuk larva ikan.
2.8.4
Misid
Misid (mysid, ordo Mysidacea) mempunyai
bentuk umum yang mirip dengan udang.
Ciri yang khas pada hewan ini adalah adanya sepasang statosis (statocyst) yang bundar di pangkal
ekornya. Ukuran misid bervariasi antara
5 – 25 mm. Diperkirakan misid mempunyai
sekitar 780 jenis, yang sebagian besar hidup di laut. Ada yang hidup di perairan pantai tetapi ada
juga yang hidup di laut dalam. Di
perarian dangkal ada yang hidup di dasar laut tetapi pada malam hari melakukan
migrasi vertikal ke permukaan dan dapat tertangkap sebagai plankton. Beberapa jenis juga dapat dijumpai di
perairan payau, di lingkungan mangrove,
atau masuk ke tambak – tambak ikan.
Banyak jenis misid ini hidup berkelompok dan sering ditangkap dalam
kegiatan perikanan. Beberapa contoh
misid yaitu Anchialina, Siriella, Neomysis.
2.8.5
Eufausid
Eufausid (euphausid, suku Euphausiidae,
ordo Euphausiacea) mempunyai bentuk yang juga mirip dengan udang, dan dekat
kekerabatannya dengan misid. Ukurannya
berkisar 1 – 5 cm. Eufausid menempati
tempat kedua setelah kopepod sebagai komponen uta ma dalam komunitas zooplankton di
laut. Eufausid terdapat mulai dari
perairan pantai sampai ke perairan oseanik, dari perairan tropis hingga ke
periaran kutub. Ada jenis yang hidup di
lapisan permukaan tetapi ada juga yang hidup di lapisn laut dalam. Eufausid juga dikenal sering bergerombol
dalam kelompok yang besar, yang terkait dengan masa perkawinan dan
pemijahannya. Berapa marga yang penting
antara lain Euphausia, Thysanopoda, Thysanoessa, Nyctiphanes, Pseudeuphausia, Nematoscelis. Di Laut Jawa
antara lain terdapat jenis Psuedophasia
latifrons.
2.8.6
Sergestid
Sergestid (sergestid, suku Sergestidae,
ordo Decapoda) juga merupakan plankton yang
bentuk umumnya mirip dengan udang.
Jenisnya tidak banyak, tetapi sering jumlahnya besar hingga memberi
sumbangan yang penting pula bagi perikanan.
Ada tiga marga yang umum dijumpai yakni Sergestes, Acetes, dan Lucifer.
Umumnya sergestid hidup di lapisan permukaan laut, terutama di perairan
pantai sampai ke perairan muara (estuaria).
Makanan utamanya adalah fitoplankton.
2.9
Moluska
Moluska
laut yang sering kita kenal seperti berbagai jenis kerang, keong, cumi – cumi,
umumnya menjalani hidupnya sebagai plankton hanya pada awal kehidupannya saja,
yakni ketiak masih sebagai larva (sebagai meroplankton). Setelah dewasa mereka hidup di dasar laut
(sebagai bentos, misalnya kerang) atau berenang bebas aktif (sebagai nekton,
misalnya cumi – cumi). Tetapi sebenarnya
ada juga moluska yang seluruh hidupnya dijalaninya sebagai plankton
(holoplankton) yang mengambang atau melayang dalam laut. Jumlah jenisnya memang relatif tidak banyak
tetapi mereka merupakan komponen ekosistem yang mempunyai kontribusi dalam
berfungsinya ekosistem laut. Moluska
yang hidup sebagai holoplankton ini sering pula disebut sebagai moluska
plankton (planktonic mollusc) atau
moluska pelagis (pelagis mollusc). Beberapa contoh moluska yang hidup sebagai plankton di laut yaitu Pteropod (Clione, Creseis, Hyalocyclix, Euclio, Diacria,
Cavolinia, Limacina (Spiratella), Peraclis), Heteropod (Atlanta, Carinaria, Pterotrachea),
Mesogastropod (Janthna, Glaucus).
2.10
Tunikata
Tunikata (tunicate, Tunicata), sering pula disebut Urochordata, adalah
anggota filum Chordata yang sangat primitif.
Tunikata merupakan biota yang menarik karena pada larvanya terdapat notokorda (notochord) atau sumbu kerangka, yang
menunjukkan adanya hubungan kekerabatan yag sangat dekat dengan hewan tingkat
lebih tinggi, yang mempunyai vertebra (struktur
yangmembentuk kerangka tulang belakang), yang dikenal sebagai hewan vertebrata.
Tunikata mempunyai kekhasan dengan
mempunyai kulit luar (=tunik, tunic)
yang mengandung bahan tipe selulosa yang sangat jarang terdapat pada hewan
tetapi jamak pada tumbuhan. Bahan ini
terbuat dari tunisin (tunicin). Dari sinilah kelompok hewan ini mendapatkan
namanya, tunikata.
Tunikata dapat dibagi atas tiga kelompok
besar, yakni asidiasea (Ascidiacea), larvasea (Larvacea), dan taliasea
(Thaliacea). Asidiasea dewas hidup di
dasar laut, sedangkan dua kelompok lainnya (larvasea dan taliasea) sepenuhnya
hidup sebagai plankton. Oleh sebab itu,
asidiasea disebut juga tunikata bentik (benthic
tunicate atau sessile tunicate),
yang hidup di dasar laut, sedangkan kedua kelompok lainnya sebagai tunikata
pelagis (pelagic tunicate) yang hidup
sebagai holoplankton (seluruh daur hidupnya sebagai plankton).
2.11
Iktioplankton
Iktioplankton
(icthyoplankton) adalah telur dan
larva ikan yang hidup sebagai plankton.
Setelah dewasa mereka akan berubah, hidup sebagai ikan yang nektonik,
yang dapat berenang bebas. Jadi
sebenarnya iktioplankton itu adalah meroplankton juga namun istilah
iktioplankton merujuk khusus untuk kelompok ikan.
Ketika
baru saja menetas, larva ikan umumnya transparan, elum bisa mencari makan,
mulut dan saluran pencernaannya belum berkembang. Ia masih bergantung pada cadangan makanan
yang berupa kuning telur yang masih banyak dikandungnya. Tetapi lama – kelamaan kuning telur ini akan
habis terserap, dan sang larva pun baru mulai mencari makan dari sumber yang
ada disekitarnya, seiring dengan mulai berkembangnya saluran pencernaannya. Dalam perkembangan selanjutnya larva tidak
saja makin besar ukurannya, tetapi juga mulai terdapat tanda – tanda yang
spesifik untuk tiap jenis, misalnya pola pigmentasi yang mulai muncul pada
tubuhnya, pertumbuhan sirip, perkembangan garis – garis otot (myotome), posisi dan bentuk mata.
2.12
Berbagai Meroplankton
Meroplankton adalah hewan yang hidup
sebagai plankton untuk sementara saja yang merupakan fase awal dari daur
(siklus) hidupnya. Meroplankton umumnya
berupa telur hingga larva yang hidup melayang atau mengambang di laut. Memasuki tahap dewasa ia berubah secara
bertahap menjadi nekton yang bisa berenang bebas, atau sebagai bentos yang
hidup menancap, nelekat atau menetap di dasar laut. Sebagian besar hewan laut yang kita kenal
seperti ikan, udang, kepiting, kerang, cumi – cumi, teripang, karang batu
memulai daur hidupnya sebagai meroplankton.
Dalam kehidupan alami banyak dari
meroplankton yang mati karena sebab – sebab alami misalnya karena pemangsaan
atau karena sebab – sebab lain. Hanya
sebagian kecil saja yang dapat bertahan hidup (survive) sampai dewasa. Oleh sebab itu, kehidupan selama menjadi
meroplankton merupakan saat – saat yang sangat kritis. Dalam upaya budidaya ikan, udang, atau
kepiting, keberhasilannya sangat tergantung akan keberhasilan memelihara
larva. Pada tahap ini, tingkat kematian
bisa cukup tinggi. Banyak upaya yang
dilakukan untuk pengembangan teknologi budidaya meroplankton ini misalnya
dengan teknologi pembenihan. Usaha
pembenihan udang dan ikan kini merupakan kegiatan ekonomi sendiri yang sangat
menjanjikan.
BAB IV
BENTHOS
1.
Defenisi Benthos
Benthos
adalah semua biota laut yang hidup di dasar perairan pantai dan laut, di semua
mintakat yang menjadi habitat mereka.
Mereka terdiri dari tumbuh – tumbuhan, baik yang berupa pohon seperti
mangrove, lamun, maupun alga yang tumbuh menempel ataupun mengakar di dasar
pantai dan laut, dan hewan melata, menetap, menempel, memendam dan meliang di
dasar perairan tersebut.
2.
Jenis – Jenis Benthos
Benthos
mencakup biota menempel, merayap dan meliang di dasar laut. Kelompok ini hidup di dasar perairan mulai
dari garis pasut sampai dasar abysal.
Contoh biota menempel ialah sepon, teritip dan tiram; biota merayap ialah
kepiting dan udang karang; dan biota meliang ialah jenis kerang tertentu dan
cacing.
Selain
pembagian seperti yang diterangkan sebelumnya, biota laut juga dapat dibagi
menurut cara makannya. Mereka yang dapat
menghasilkan makanannya sendiri dinamakan biota autotrof (autotrophic). Termasuk di
dalam golongan ini adalah tumbuh – tumbuhan.
Mereka dapat menghasilkan makanannya sendiri tanpa tergantung pada biota
lain dengan berfotosintesis. Mereka yang
tidak dapat menghasilkan makanan sendiri dinamakan biota heterotrof (heterotrophic). Semua hewan adalah heterotrof. Benthos memiliki keanekaragaman ukuran,
bentuk, habitat, dan sifat hidup.
2.1
Alga Bentik
Alga bentik yaitu tumbuh – tumbuhan laut
yang merupakan kelompok terendah tingkatnya di antara tiga kelompok tumbuh –
tumbuhan laut, yakni alga, lamun dan mangrove.
Komentar