MEMBUAT
ANALISA USAHA BUDIDAYA IKAN
Lembaga tata niaga adalah badan –
badan yang menyelenggarakan kegiatan atau fungsi tataniaga dengan mana barang –
barang bergerak dari pihak produsen sampai pihak konsumen. Ke dalam istilah lembaga tataniaga ini termasuk
golongan produsen, pedagang perantara dan lembaga pemberi jasa.
Golongan produsen adalah mereka yang
tugas utamanya menghasilkan barang – barang.
Mereka ini adalah nelayan, petani ikan, dan pengolah hasil perikanan
atau pengusaha. Disamping berproduksi,
mereka seringkali aktif melaksanakan beberapa fungsi tataniaga tertentu untuk
menyalurkan hasil produksinya kepada konsumen.
Beberapa pasar hasil perikanan menurut
tingkat distribusinya yaitu
1.
Pasar lokal, sering disebut pasar pengumpul lokal
(local assembling market) atau pasar petani (grower market). Pasar ini dijumpai di daerah atau disekitar
daerah produksi, di luar kota besar.
Pasar lokal di daerah perikanan laut sering dan harus satu kompleks
dengan tempat pendaratan ikan.
2.
Pasar sentral, sering dinamakan pasar terminal
(terminal market atau primary market) merupakan pusat – pusat perdagangan. Pasar ini menerima barang dari pasar lokal
atau langsung dari nelayan dan petani ikan.
Pasar ini biasanya dijumpai di kota – kota besar atau tempat – tempat
pengumpulan lainnya.
3.
Pasar ekspor – impor, disebut juga pasar pelabuhan,
merupakan pasar pusat bagi barang – barang yang akan dikirim ke luar negeri
atau ke pulau – pulau, dan barang – barang yang berasal dari import. Barang yang akan dikirim ke luar negeri
berasal dari pasar pusat, pasar lokal dan jarang dari produsen (nelayan, petani
ikan atau petani pada umumnya).
4.
Pasar antar negara (pasar dunia, pasar
internasional) ini terdapat hubungan antara penawaran dan permintaan barang
tingkat dunia.
5. Pasar eceran merupakan pusat perdagangan dimana pedagang eceran menjual
barang dagangannya dalam jumlah kecil kepada konsumen akhir secara langsung.
Merencanakan biaya produksi adalah
merupakan satu tahapan pekerjaan yang harus dilakukan oleh seorang pengusaha
baik itu usaha kecil maupun besar dalam menjalankan usahanya. Perencanaan yang
komprehensip akan sangat membantu dalam memprediksi untung/rugi, serta
mempermudah dalam menjalankan setiap kegiatan pengusaha dalam melaksanakan usahanya.
Perencanaan dilakukan terhadap semua
kegiatan yang akan dikerjakan, baik itu perencanaan kegiatan, perencanaan
biaya, perencanaan produksi, perencanaan pemasaran dan perencanaan lainnya. Suatu usaha akan mudah dalam melakukan
evaluasi terhadap kinerja usahanya apabila terdapat satu
perencanaan
yang baik. Kinerja perusahaan dapat diukur secara baik dengan cara antara lain
membandingkan antara perencanaan dengan hasil/prestasi kerjanya.
Pengertian
biaya operasional
Istilah biaya dapat diartikan dalam
bermacam-macam pengertian tergantung pada bagaimana biaya digunakan. Namun
demikian pada modul ini yang akan dibahas adalah biaya tetap dan biaya variabel
untuk operasional produksi benih. Sehingga biaya operasional adalah segala
keperluan biaya yang digunakan untuk melakukan suatu produksi benih yang
meliputi biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap atau fixed cost (FC) adalah
biaya yang harus dikeluarkan untuk suatu produksi dimana biaya tersebut tidak
dipengaruhi oleh besar kecilnya produk yang akan dihasilkan, contoh; biaya
untuk membayar bunga pinjaman, penyusutan alat (depresiasi), sewa alat, gaji
para manajer eksekutif, pajak kekayaan. Sedangkan
biaya variabel atau variable cost (VC) adalah besarnya biaya yang dikeluarkan
berubah-ubah karena dipengaruhi oleh besar kecilnya produk yang akan
dihasilkan, contoh; biaya pengadaan benih, biaya pengadaan obat, pupuk, dan
tenaga kerja dan biaya lainnya yang besarnya sesuai tingkat produk yang akan
dihasilkan (output).
Biaya operasional adalah biaya yang
diperlukan untuk menghasilkan suatu barang yang dalam hal ini adalah biaya
operasional produksi benih. Berarti seluruh biaya yang diperlukan untuk
menghasilkan suatu produk benih baik biaya tetap maupun biaya tidak tetap.
Tujuan Menghitung Biaya Operasional Produksi Benih
Tujuan menghitung biaya operasional
produksi benih adalah untuk:
1.
memperoleh informasi biaya operasional produksi
benih yang efisien sehingga dapat
diketahui prediksi/perkiraan untung ruginya baik jangka pendek maupun jangka
panjang.
2.
membandingkan berbagai metode penghitungan biaya
operasional yang didasarkan pada tahapan bidang garapan produksi benih.
3.
melakukan perencanaan biaya operasional produksi
yang ditentukan berdasarkan persyaratan teknis dan daya dukung perusahaan.
Dalam usaha produksi benih perhitungan
biaya operasional adalah merupakan pekerjaan perencanaan utama yang harus
dilakukan sebelum produksi benih dilakukan. Sebagai dasar perhitungan dalam perhitungan
biaya operasional terlebih dahulu harus diketahui tahapan produksi secara utuh,
hal ini diperlukan untuk akurasi pembiayaan, sehingga tidak akan terjadi adanya
tahapan yang tidak terbiayai. Di samping
itu dalam perencaan pembiayaan perlu dipertimbangkan pula persyaratan teknis
dan daya dukung perusahaan dalam membuat perencanaan biaya produksi. Hal ini
mengingat setiap komoditas memiliki atau mempersyaratkan teknis yang
berpengaruh terhadap biaya yang harus dikeluarkan dan sejauhmana perusahaan memiliki
daya dukung untuk memenuhi persyaratan teknisnya.
Perencanaan
Biaya Operasional
Perencanaan adalah suatu proses
mengembangkan tujuanperusahaan dan memilih kegiatan-kegiatan yang akan
dilakukan di masa mendatang untuk mencapai tujuan. Proses ini mencakup
penentuan tujuan perusahaan, pengembangan kondisi lingkungan agar tujuan dapat
dicapai, pemilihan tindakan yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan, penentuan
langkah untuk menerjemahkan rencana menjadi kegiatan yang sebenarnya, dan
melakukan perencanaan kembali untuk memperbaiki kekurangan yang terjadi. Memperhatikan pengertian di atas, maka
perencanaan biaya harus memperhatikan beberapa hal yang menyangkut; tujuan,
tindakan untuk mencapai tujuan, rincian kegiatan yang sebenarnya, dan memperbaiki
kekurangan yang terjadi.
Perencanaan
Produksi
Produksi benih adalah suatu usaha yang
dilakukan oleh seorang atau perusahaan untuk menghasilkan suatu produk berupa
benih. Produk dimaksud dapat berupa benih untuk keperluan sendiri ataupun untuk
keperluan komersial yaitu benih untuk dijual kembali. Namun dalam diktat ini akan
dibahas produk untuk keperluan komersial.
Langkah awal dalam pelaksanaan proses
produksi adalah merencanakan produk atau komoditi apa yang akan diusahakan, misalnya
: komoditi ikan mas, ikan nila, ikan hias, dan lain-lain, dengan harapan produk
tersebut dapat dipasarkan, serta hasilnya memberikan keuntungan, juga dapat berlangsung
dalam jangka panjang. Perencanaan produk ini bukan hanya merencanakan fisik
produk saja, tetapi juga proses-proses yang memungkinkan produk tersebut terwujud,
yakni produk yang akan di hasilkan harus yang memungkinkan disenangi dan sesuai
dengan selera konsumen, contohnya untuk ikan hias koki banyak pilihan yang bisa
ditawarkan, misalnya : red head, slayer, black moli, dan lain-lain, produk yang
dihasilkan terdiri dari bagian yang mana, apakah berupa benih, ikan konsumsi
atau yang lainnya, persyaratan produk yang akan dihasilkan harus sesuai dengan mutu
produk yang dinginkan konsumen penentuan pengujian mutu yang dihasilkan,
seperti : ukuran, kesehatan, dan lain-lain.
Strategi
Pelaksanaan
Supaya
produksi benih sesuai dengan yang diharapkan baik mutu maupun jumlahnya maka
dalam pelaksananaannya akan dilakukan dengan strategi sebagai berikut:
a.
Melakukan studi kelayakan secara cermat unuk
menentukan berbagai faktor produksi seperti; tempat, jumlah/kapasitas produksi,
lokasi/sasaran pasar, dan waktu produksi.
b.
Mempelajari secara cermat sumberdaya-sumberdaya
yang berpengaruh terhadap produksi benih seperti, sumberdaya manusia, pengadaan
bahan, kondisi agro klimat.
c.
Membuat perencanaan produksi
d.
Melakukan produksi sesuai dengan rencana
e.
Melakukan evaluasi terhadap proses produksi dan
hasil
Target
produksi
Target produksi disesuaikan dengan
hasil pengkajian pasar dan kemampuan perusahaan dalam memproduksi benih cabe.
Misalnya target produksi yang dicanangkan adalah memenuhi kebutuhan benih cabe
untuk pulau Jawa dan Sumatera, secara kasar kebutuhan benih untuk cabe adalah
1000 kg per tahun. Berarti untuk memenuhi 1000 kg ini, kontribusi yang dapat
dihasilkan oleh perusahaan ini misalnya 500 kg atau 50% dari total kebutuhan.
Kalau tiap kemasan 100 gram, maka produksi yang ditargetkan adalah 10.000
kemasan.
Pelaksanaan
Produksi
Sebelum tahap pelaksanaan produksi
dilakukan perlu diperhatikan apakah sarana (input) produksi yaitu 5 M (man,
money, machine, material, and method) sudah tersedia, karena kegiatan
produksi merupakan aliran yang dimulai dari input sampai dengan proses. Secara
sederhana kegiatan produksi dapat digambarkan sebagai berikut :
Masukan Proses Hasil
(Input)
(Output)
Penentuan
Bahan
Setelah penentuan produk yang akan
dihasilkan, langkah selanjutnya adalah penentuan atau pemilihan bahan baku yang
akan digunakan, misalnya induk ikan yang harus disediakan dan jenis pakan yang akan
digunakan, agar proses produksi dapat berjalan dengan lancar. Dengan demikian
diharapkan produk yang dihasilkan sesuai dengan mutu yang diharapkan oleh konsumen,
sehingga akhirnya dapat mendatangkan keuntungan yang berkembang dengan baik. Beberapa persyaratan dalam memilih bahan baku
seperti : ikan, induk ikan, pakan ikan dan lain-lain yaitu :
1.
Ikan yang dipilih sebaiknya ikan yang
mudah dipelihara, atau bila usaha itu merupakan usaha pembenihan ikan maka sebaiknya
ikan yang dipilih adalah ikan yang mudah dalam pemijahannya, serta diharapkan dalam
pelaksanaannya cukup menggunakan peralatan yang tersedia, sehingga kemungkinan besar
biaya produksi akan lebih ringan.
2.
Bahan baku yang disediakan harus yang
berkualitas, karena untuk memperoleh suatu hasil produksi yang baik dibutuhkan bahan
baku yang baik pula, misalnya untuk memperoleh benih yang baik diperlukan induk
ikan yang baik pula.
3.
Bahan baku yang disediakan hendaknya
yang mudah diperoleh, artinya bila sewaktu waktu memerperlukan bahan baku
tersebut secara mendadak maka dapat dengan mudah diperoleh atau tidak perlu menunggu
lama, sehingga proses produksi tidak terhambat atau terganggu.
4.
Bahan baku yang tersedia hendaknya yang
relatif murah, dengan demikian diharapkan usaha yang dijalankan dapat mendatangkan
keuntungan yang lebih besar.
Penyediaan
Peralatan
Setelah proses produksi ditentukan langkah
selanjutnya yang perlu dilakukan adalah memilih peralatan yang akan digunakan
untuk proses produksi. Dalam pemilihan peralatan perlu dipertimbangkan faktor ekonomi
dan faktor teknis dari peralatan tersebut. Pertimbangan ekonomis, yaitu
pertimbangan yang berhubungan dengan biaya-biaya yang akan dikeluarkan untuk pengadaan,
penggunaan dan perawatan tersebut. Sedangkan pertimbangan teknis, yaitu pertimbangan
yang berhubungan dengan sifat teknis dari peralatan tersebut, antara lain :
kapasitas peralatan, keserbagunaan peralatan, ketersediaan suku cadang, kemudahan
untuk memperbaiki (konstruksi sederhana).
Berdasarkan proses produksi yang telah ditentukan, peralatan yang dipakai,
dan cara kerja yang ditentukan, maka dapat ditentukan pula tata letak (lay out)
peralatan. Dalam menentukan tata letak peralatan
ada 7 (tujuh) prinsip dasar yang harus diperhatikan, yaitu :
1.
prinsip integrasi, artinya tata letak yang
baik harus dapat diintegrasikan dengan seluruh faktor produksi seperti tenaga kerja,
bahan, mesin, dan perlengkapan lainnya sehingga dapat menghasilkan kerja sama yang
harmonis,
2.
prinsip memperpendek gerak,
3.
prinsip memperlancar arus pekerjaan
yang dapat menjamin kelancaran arus bahan tanpa hambatan,
4.
prinsip penggunaan ruangan yang efektif
dan efisien,
5.
prinsip keselamatan dan kepuasan
pekerjaan,
6.
prinsip keluwesan, yaitu dapat disesuaikan
dengan keadaan jika diperlukan adanya perubahanperubahan, dan
7. prinsip proses produksi berkesinambungan dan intermitten.
Tata letak peralatan yang baik adalah
adalah bila peralatan dan tempat penyimpanan disusun urutannya sesuai dengan keterkaitannya.
Tata letak yang baik adalah memungkinkannya mobilitas orang-orang yang bekerja
di ruang tersebut tidak terganggu, sehingga tidak mengurangi efisiensi dan efektifitas
pekerjaan.
Penentuan
Kebutuhan Tenaga Kerja
Untuk menentukan apakah kita membutuhkan
tenaga kerja atau tidak, maka ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan,
yaitu :
1.
Apakah seluruh kegiatan dalam pelaksanaan
usaha tersebut dapat kita lakukan sendiri
2.
Bila ”tidak” berarti kita harus merekrut
tenaga kerja sesuai dengan tingkat kebutuhan
3.
Lalu apakah keuangan usaha kita mampu
memberikan upah bagi tenaga kerja tersebut, ataukah kita menggunakan anggota
keluarga kita sendiri.
Apabila kita sudah memutuskan untuk menggunakan tenaga kerja, terlepas
dari tenaga kerja tersebut merupakan tenaga kerja upahan atau keluarga (pekerja
keluarga), maka pertimbangan berikut yang perlu dilakukan adalah :
1.
Jenis pekerjaan/jabatan apa yang akan
mereka isi
2.
Apa persyaratan yang harus dipenuhi
untuk mengisi pekerjaan/jabatan tersebut, dan
3.
Berapa jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan
Agar pelaksanaan kegiatan usaha sesuai
dengan jadwal yang telah ditentukan serta hasil yang diperoleh sesuai dengan
yang diharapkan, maka perlu dilakukan pengendalian terhadap berbagai hal yang
berkaitan dengan kelancaran usaha tersebut.
Pengendalian tersebut terdiri dari pengendalian bahan, pengendalian peralatan,
pengendalian tenaga kerja, pengendalian biaya dan pengendalian kualitas.
Selanjutnya akan diuraikan secara detail tentang setiap aspek dalam
pengendalian tersebut agar kegiatan usaha budidaya ikan dapat berjalan sesuai rencana
dan menguntungkan sehingga dapat memberikan nilai tambah bagi para pembudidaya
ikan yang menggantungkan hidupnya dari uasaha budidaya ikan ini.
Pengendalian
Bahan
Pengendalian bahan yang biasa digunakan
dalam proses produksi pada umumnya terdiri dari pengendalian penggunaan bahan dan
pengendalian persediaan bahan. Pengendalian
semacam ini merupakan suatu pengendalian yang dilakukan agar bahan dapat digunakan
secara efektif dan efisien, sehingga dapat menekan kemungkinan risiko kerugian Bahan
perlu disediakan secukupnya, dengan kata lain bila persediaan bahan yang
terlalu banyak akan mengakibatkan penggunaan modal yang tidak efisien,
sebaliknya bila bahan yang disediakan terlalu sedikit akan mengganggu
kelangsungan kegiatan produksi, kerena bisa terjadi kehabisan persediaan bahan sebelum
waktunya. Kejadian ini dapat menyebabkan peningkatan biaya produksi. Selain itu
bila bahan yang diperlukan tersedia dalam jumlah yang cukup serta waktu yang tepat
maka pengendaliannya akan lebih mudah, karena tidak memerlukan gudang
penyimpanan yang yang besar dan waktu penyimpanan yang lama. Jadi halhal yang
perlu diperhatikan dalam pengendalian persediaan bahan, antara lain : jumlah,
macam, syaratsyarat bahan yang diperlukan untuk proses produksi, tatalaksana penerimaan,
tatalaksana penyimpanan, tatalaksana pengeluaran barang, menentukan saat yang
tepat untuk melakukan pemesanan bahan, dan menentukan jumlah pesanan yang
paling ekonomis.
Untuk menentukan jumlah pesanan yang
ekonomis (economic ordering quality) dapat dilakukan seperti pada contoh
kasus di bawah ini. Suatu usaha
pembesaran ikan di jaring apung sebanyak 1 unit (4 kolam) memerlukan pakan
untuk satu kali periode produksi sebanyak 8 ton. Bila biaya sekali pesan Rp. 5.000,-
dan biaya penyimpanan Rp. 500 per kilogram, maka :
Banyak
kali pesan
|
Jumlah
yang dipesan
|
Rata
– rata Penyimpanan
|
Biaya
Penyimpanan
|
Biaya
pesanan
|
Biaya
Total
|
1
x
|
8.000
|
4.000
|
2.000.000
|
5.000
|
2.005.000
|
2
x
|
4.000
|
2.000
|
1.000.000
|
10.000
|
1.010.000
|
3
x
|
2.000
|
1.000
|
500.000
|
15.000
|
515.000
|
4
x
|
1.000
|
500
|
250.000
|
20.000
|
270.000
|
5
x
|
50
|
250
|
125.000
|
25.000
|
150.000
|
6
x
|
250
|
125
|
62.500
|
30.000
|
92.5000
|
Penjelasan
:
Jika
jumlah yang dipesan 1x untuk memenuhi kebutuhan satu kali periode pemeliharaan,
maka jumlah pakan yang harus dipesan sebanyak 8.000 kg. Jadi rata-rata jumlah barang
yang harus disimpan di gudang sebanyak 8.000 kg : 2 = 4.000 kg, maka :
Biaya
penyimpanan 4.000 kg x Rp. 500,- = Rp.
2.000.000,-
Biaya
satu kali pesan =
Rp. 5.000,-
Biaya
total =
Rp. 2.005.000,-
Demikian
pula dengan cara perhitungan untuk 2 kali pesan, 3 kali pesan, dan seterusnya.
Pengendalian
Peralatan
Pengendalian peralatan juga termasuk
hal penting, karena merupakan aset yang utama dalam suatu usaha. Manfaat dari pengendalian
peralatan, antara lain adalah :
·
proses produksi akan sesuai dengan
jadwal yang telah ditetapkan
·
peralatan yang diperlukan sudah tersedia
dalam keadaan siap pakai
·
terjaganya peralatan dalam kondisi
baik,
·
berjalannya proses produksi dengan baik
sehingga dengan demikian dapat terhindar dari kemungkinan risiko kerugian.
Pengendalian
Tenaga Kerja
Agar pelaksanaan proses produksi dapat
berjalan sesuai dengan jadwal kegiatan yang telah ditetapkan harus disiapkan,
maka perlu disiapkan pula tenaga kerja sesuai dengan yang diperlukan. Hal-hal yang
perlu disiapkan berkaitan dengan tenaga kerja ini, adalah : jumlah tenaga kerja
yang diperlukan, syarat-syarat ketrampilan, rencana latihan yang diperlukan,
menciptakan semangat dan gairah kerja dengan jalan penentuan gaji/ upah, serta
kondisi kerja yang baik dalam rangka perawatan tenaga kerja yang baik.
Pengendalian
Biaya
Kegiatan pengendalian biaya perlu dilakukan
agar biaya untuk membuat barang sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan
sebelumnya. Seandainya ada penyimpangan biaya
dari yang sudah direncanakan, maka hal itu sudah harus diperhitungkan
sebelumnya. Pengendalian biaya dapat
dilakukan melalui 4 (empat) langkah, yaitu :
1.
menetapkan standar untuk biaya biaya kegiatan
produksi
2.
membandingkan biaya standar dengan
biaya yang sesungguhnya
3.
menetapkan bagian yang bertanggung
jawab untuk menangani jika terjadi penyimpangan, dan
4.
melaksanakan tindakan untuk mengurangi
atau mengakhiri penyimpangan.
Setiap tahapan produksi selalu ada biaya
yang membuat biaya tersebut lebih tinggi dari yang seharusnya, penyebab
tingginya biaya tersebut antara lain adalah pemakaian bahan yang berlebihan,
pemakaian jam tenaga kerja yang berlebihan, dan pemakaian dana untuk investasi yang
berlebihan. Pemakaian yang berlebihan tersebut dinamakan pemborosan (waste).
Untuk mengatasi pemborosan tersebut dapat diatasi melalui beberapa langkah
sebagai berikut :
1.
Pembelian yang baik. Pembelian bahan
yang berkualitas baik dengan harga yang lebih rendah berarti menekan biaya
bahan. Harga yang murah memungkinkan
pembelian bahan dalam jumlah yang banyak, sehingga dapat dihasilkan produk jadi
lebih banyak pula.
2. Menekan pemborosan bahan.
Usahakan agar bahan yang digunakan sesuai dengan kebutuhan sehingga
mengurangibahan yang terbuang, misalnya cara memberi pakan ikan diusahakan
jangan sampai ada pakan yang tidak termakan karena ikan sudah kenyang, tapi pakan
tetap masih diberikan.
3.
Menekan hasil produksi yang tidak baik
atau cacat. Dari sekian banyak produksi mungkin ada yang tidak baik atau cacat
akibat kesalahan manusia, oleh karena itu hindari dengan cara menerapkan
disiplin kerja yang selalu mematuhi prosedur kerja yang sesuai dengan
persyaratan teknis.
4.
Menekan biaya tenaga kerja. Menekan biaya tenaga kerja artinya menekan
jam kerja yang berlebihan karena jam kerja menentukan upah yang harus dibayarkan.
Jam kerja yang berlebihan bisa terjadi karena tenaga kerja tersebut kurang efisien,
misalnya mobilitas pekerja terganggu akibat dari tataletak peralatan yang
kurang baik.
5.
Menekan biaya sediaan. Biaya sediaan
sebaiknya ditekan serendah mungkin, karena semakin besar biaya sediaan maka
semakin besar kemungkinan biaya lain yang harus ditanggung oleh perusahaan,
misalnya : bunga pinjaman, asuransi, sewa gudang, risiko kerusakan barang, dan opportunity
cost yang sebetulnya bila di simpan di bank akan menghasilkan bunga dengan risiko
minimum. Meskipun demikian bahan sediaan harus tetap ada karena untuk menjamin kontinuitas
produksi.
Pengendalian
Kualitas
Pengendalian kualitas merupakan usaha
memepertahankan dan memperbaiki kualitas produk. Pengendalian kualitas bertujuan agar hasil
atau produk sesuai dengan spesifikasi yang telah direncanakan (memuaskan
konsumen). Pengendalian kualitas dapat dilakukan
dalam 4 (empat) langkah, yaitu :
1.
menentukan standar kualitas produk
2.
menilai kesesuaian produk dengan
standar
3.
mengadakan tindakan koreksi
4.
merencanakan perbaikan secara terus
menerus untuk menilai standar yang telah ditetapkan.
Pengendalian kualitas pada dasarnya
adalah suatu kegiatan terpadu antar bagian perusahaan, yaitu :
·
bagian pemasaran, mengadakan penilaian-penilaian
tingkat kualitas yang dikehendaki oleh para konsumen,
·
bagian perencanaan, merencanakan model
produk sesuai dengan spesifikasi yang disampaikan oleh bagian pemasaran,
·
bagian pembelian bahan, memilih bahan sesuai
dengan spesifikasi yang diminta oleh bagian perencanaan,
·
bagian produksi, memilih peralatan yang
akan digunakan dan melakukan proses produksi sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan.
Kegiatan Budidaya Ikan saat ini merupakan
salah satu usaha yang sangat menjanjikan bagi masyarakat. Segmen usaha budidaya ikan berdasarkan proses
produksinya dibagi menjadi tiga kelompok yaitu usaha pembenihan ikan, usaha pendederan
ikan dan usaha pembesaran ikan. Usaha pembenihan ikan merupakan suatu usaha
perikanan yang keluarannya (output) adalah benih ikan. Usaha pembesaran ikan
merupakan suatu usaha perikanan yang keluarannya (output) adalah ikan yang
berukuran konsumsi. Usaha pendederan ikan merupakan suatu usaha perikanan yang
keluarannya (output) adalah benih ikan tetapi ukurannya lebih besar dari output
pembenihan. Komoditas yang dipilih dalam
usaha budidaya ikan sangat bergantung pada permintaan pasar, lingkungan dan
aspek teknis lainnya. Berdasarkan komoditas usaha perikanan budidaya
dikelompokkan
menjadi
usaha budidaya ikan air tawar, usaha budidaya ikan air payau dan usaha budidaya
ikan air laut. Suatu usaha secara umum
dikatakan baik apabila usaha tersebut sehat, menguntungkan, dan mampu melakukan
investasi-investasi secara jangka pendek dan jangka panjang.
Dengan
demikian suatu usaha harus layak ditinjau dari aspek finansial, aspek finansial
ini terutama menyangkut perbandingan antara pengeluaran (biaya) dengan pendapatan
(revenue earning) dari aktivitas usaha, serta waktu didapatkannya hasil
(returns).
Biaya adalah jumlah korbanan (input)
yang diperlukan untuk menghasilkan suatu produk (output) dalam suatu
kegiatan produksi. Berdasarkan
pengelompokkannya biaya terdiri dari dua bagian yaitu biaya investasi dan biaya
operasional. Biaya investasi adalah seluruh biaya yang dikeluarkan mulai
kegiatan itu berlangsung sampai kegiatan tersebut mulai
berjalan
contohnya : pendirian bangunan, pembelian peralatannya, tenaga kerja yang
berhubungan biaya investasi, survey. Sedangkan biaya operasional adalah seluruh
biaya yang dikeluarkan selama produksi itu berlangsung : misalnya : pembelian
induk, tenaga kerja, biaya listrik dan air, bahan bakar, over head cost dan
lain-lain (Tabel 1 dan Tabel 2).
Tabel 1. Biaya Investasi Usaha Pembenihan Ikan Gurami (Effendi,
2002)
No
|
Jenis barang
|
Jumlah satuan
|
Total Biaya (Rp)
|
Umur ekonomis (Tahun)
|
Nilai sisa (Rp)
|
Penyusutan pertahun (Rp)
|
1
|
Bangunan
|
1 unit
|
20.000.000
|
10 tahun
|
1.500.000
|
1.850.000
|
2
|
Sumur
|
1 unit
|
1.000.000
|
10 tahun
|
0
|
100.000
|
3
|
Pompa air & pipa
|
1 unit
|
400.000
|
5 tahun
|
400.000
|
72.000
|
4
|
Rumah jaga
|
1 unit
|
2.500.000
|
10 tahun
|
0
|
250.000
|
5
|
Induk ikan
|
44 ekor
|
2.200.000
|
5 tahun
|
15.000
|
437.000
|
6
|
Hapa
|
1 unit
|
50.000
|
5 tahun
|
5.000
|
9.000
|
7
|
Telepon
|
1 unit
|
1.200.000
|
10 tahun
|
0
|
120.000
|
8
|
Baskom
|
6 buah
|
45.000
|
5 tahun
|
0
|
9.000
|
9
|
Serok
|
5 buah
|
25.000
|
2 tahun
|
0
|
12.500
|
10
|
Ember
|
2 buah
|
15.000
|
2 tahun
|
1.500
|
6.750
|
11
|
Tabung oksigen
|
1 unit
|
600.000
|
10 tahun
|
600.000
|
0
|
12
|
Blower
|
1 unit
|
1.500.000
|
10 tahun
|
150.000
|
135.000
|
13
|
Selang sipon
|
3 buah
|
7.500
|
2 tahun
|
0
|
3.750
|
14
|
Selang aerasi
|
1 meter
|
15.000
|
2 tahun
|
0
|
7.500
|
15
|
Sendok
|
5 buah
|
7.500
|
10 tahun
|
750
|
675
|
16
|
Akuarium
|
36 unit
|
3.600.000
|
10 tahun
|
360.000
|
324.000
|
17
|
Rak akuarium
|
3 unit
|
1.800.000
|
10 tahun
|
0
|
180.000
|
18
|
Termometer
|
1 buah
|
15.000
|
6 tahun
|
0
|
2.500
|
19
|
Gayung
|
2 buah
|
6.000
|
2 tahun
|
0
|
3.000
|
20
|
Pipa udara
|
10 btg
|
90.000
|
5 tahun
|
0
|
18.000
|
21
|
Saringan
|
2 buah
|
40.000
|
1 tahun
|
0
|
40.000
|
|
Total
|
|
35.116.000
|
|
2.672.250
|
3.580.675
|
Tabel 2. Biaya Operasional Usaha
Pembenihan Ikan Gurami (Effendi, 2002)
Biaya tetap
|
3 bulan (Rp)
|
1 tahun (Rp)
|
Telepon
Sewa
kolam
Administrasi
Listrik
Gaji
Karyawan
Tunjangan
PBB
Penyusutan
Jumlah Biaya Tetap
|
225.000
500.000
75.000
375.000
4.800.000
1.600.000
9.000
-
7.584.000
|
900.000
2.000.000
300.000
1.500.000
19.200.000
1.600.000
36.000
3.580.675
29.116.675
|
Biaya variabel
|
3 bulan (Rp)
|
1 tahun (Rp)
|
Pellet
Pakan
Larva
Kutu
air
Cacing
sutera
Pupuk
kandang
Kapur
Pupuk
urea
Ijuk
Obat-obatan
Oksigen
Plastik
packing
Karet
gelang
Jumlah biaya variabel
Total Biaya Operasional
|
950.400
346.500
375.000
375.000
7.500
3.750.
700
45.000
50.000
60.000
10.000
2.500
2.226.350
|
3.801.600
1.386.000
1.500.000
1.500.000
7.500
3.750
700
180.000
200.000
240.000
40.000
10.000
8.869.550
37.986.225
|
Untuk mengetahui secara komprehensif
tentang kriteria layak atau tidaknya suatu aktivitas usaha dapat digunakan lima
kriteria investasi, yaitu : Payback Period, Benefit Cost Ratio (BCR), Net Present
Value (NPV), Net Benefit Cost Ratio (Net BCR), dan Internal Rate of Return (IRR). Namun tiga kriteria terakhir yang
umum dipakai dan dipertanggungjawabkan untuk penggunaan-penggunaan tertentu. Sebaliknya dua kriteria pertama didasarkan
atas salah pengertian tentang sifat dasar biaya sehingga tidak menyebabkan
kekeliruan dalam urutan peluang investasi. Kedua kriteria ini sering tidak
dianjurkan untuk dipergunakan.
Unsur-unsur penting dalam analisis kelayakan
finansial adalah harga, pajak, subsidi, dan bunga. Dalam analisis finansial,
harga yang dipakai adalah harga pasar, pajak diperhitungkan sebagai biaya, subsidi
dinilai mengurangi biaya (jadi merupakan benefit). Bunga dalam analisis
finansial dibedakan atas bunga yang dibayarkan kepada orang-orang luar dan
bunga atas modal sendiri (imputed atau paid to the entily). Bunga yang
dibayarkan kepada orang-orang yang meminjamkan uangnya pada kegiatan usaha
dianggap sebagai cost. Bunga atas modal sendiri tidak dianggap sebagai
biaya karena bunga merupakan bagian dari finansial returns yang
diterima.
Selain kriteria investasi yang digunakan
untuk melihat kelayakan finansial suatu usaha adalah jangka waktu pengembalian
modal dengan cara menghitung titik impas (Break Event Point).
Perhitungan titik impas ini dilakukan untuk mengetahui jangka waktu
pengembalian modal usaha atau untuki mengetahui
volume
produksi (nilai penjualan) minimal yang harus dicapai agar kegiatan usaha tidak
mengalami kerugian atau penghasilan penjualan yang diterima dikurangi biaya
yang dikeluarkan sama dengan nol.
Net
Present Value (NPV)
NPV merupakan nilai sekarang dari suatu
usaha dikurangi dengan biaya sekarang pada tahun tertentu. Seleksi formal terhadap NPV adalah bila nilai
NPV bernilai positif berarti usaha tersebut layak dan sudah melebihi Social
Opportunity Cost of Capital sehingga usaha ini diprioritaskan
pelaksanaannya, bila NPV bernilai 0 berarti usaha tersebut masih layak dan
dapat mengembalikan persis sebesar Social Opportunity Cost of Capital, dan
bila nilai NPV bernilai negatif maka sebaiknya usaha tersebut jangan
diteruskan. NPV menghitung nilai
sekarang dari aliran kas yaitu merupakan selisih antara Present Value (PV)
manfaat dan Present Value (PV) biaya. Jadi jika nilai NPVnya positif
(lebih dari 0) artinya nilai bersih sekarang menggambarkan keuntungan dan layak
diaksanakan, namun bila nilai NPVnya sama dengan 0 artinya usaha tersebut tidak
untung dan tidak rugi (marginal), sehingga usaha diteruskan atau tidak terserah
kepada pengambil keputusan, sedangkan bila nilai NPVnya negatif
(kurang
dari 0) artinya usaha tersebut merugikan sehingga lebih baik tidak
dilaksanakan. Rumus kriteria investasi
ini adalah
sebagai
berikut :
Dimana
:
Bt = manfaat yang
diperoleh sehubungan dengan suatu usaha pada time series (tahun, bulan, dan sebagainya) ke-t (Rp)
Ct = Biaya yang
dikeluarkan sehubungan dengan suatu usaha pada time series ke-t tidak dilihat
apakah biaya tersebut dianggap bersifat modal (pembelian peralatan, tanah,
konstruksi dan sebagainya (Rp)
I
= Merupakan tingkat suku bunga yang relevan
T
= Periode (1, 2, 3,……………, n)
Net
Benefit Cost Ratio (NBC ratio)
BC ratio (BCR)
merupakan cara evaluasi usaha dengan membandingkan nilai sekarang seluruh hasil
yang diperoleh suatu usaha dengan nilai sekarang seluruh biaya usaha. Seleksi
formal BCR adalah bila BCR lebih besar dari 0 (BCR > 0) maka usaha tersebut menggambarkan
keuntungan dan layak dilaksanakan, namun bila B/CCR sama dengan 0 (BCR = 0)
maka usaha tersebut tidak untung dan tidak rugi (marjinal) sehingga usaha tersebut
dilanjutkan atau tidak terserah pengambil keputusan, sedangkan bila BCR kurang
dari 0 (BCR < 0) maka usaha tersebut merugikan sehingga tidak layak untuk
dilaksanakan. Rumus BCR dapat ditulis
sebagai
berikut
:
Dimana
:
B
= Nilai seluruh hasil
C
= Nilai seluruh biaya
Net BCR adalah perbandingan antara Present
Value manfaat bersih positif dengan Present Value biaya bersih
negatif. Seleksi formal Net BCR adalah bila Net BCR lebih besar dari 1 (Net BCR
> 1) maka usaha tersebut menggambarkan keuntungan dan layak untuk dilaksanakan,
namun bila Net BCR sama dengan 1 (Net BCR = 1) maka usaha tersebut tidak untuk
dan tidak rugi (marjinal) sehingga dilaksanakan atau tidaknya usaha tersebut terserah
pengambil keputusan, sedangkan bila Net BCR kurang dari 1 (Net BCR < 1) maka
usaha tersebut merugikan sehingga tidak layak untuk dilaksanakan.
Rumus Net BCR dapat ditulis sebagai
berikut :
Dimana
:
B
= nilai seluruh hasil bersih
C
= nilai seluruh biaya bersih
Internal Rate of Return (IRR)
Cara lain untuk menilai suatu usaha adalah
dengan membandingkan nilai
IRR
dengan discount rate (suku bunga), yaitu bila IRR lebih besar dari suku
bunga yang telah ditetapkan maka usaha tersebut diterima atau bisa
dilaksanakan, namun bila IRR lebih kecil dari suku bunga maka maka usaha
tersebut ditolak atau tidak bisa dilaksanakan, sedangkan bila IRR sama dengan suku
bunga yang ditetapkan maka usaha tersebut dilaksanakan atau tidak terserah
pengambil keputusan.
Rumus IRR dapat ditulis sebagai berikut
:
Dimana
:
I’
= Tingkat discount rate (DR) pada
saat NPV positif
I”
= Tingkat discount rate (DR) pada
saat NPV negatif
NPV’
= Nilai NPV positif
NPV’
= Nilai NPV negatif
Analisis
Break Event Point (BEP)
Analisis BEP digunakan untuk mengetahui
jangka waktu pengembalian modal atau investasi suatu kegiatan usaha atau
sebagai penentu batas pengembalian modal.
Produksi minimal suatu kegiatan usaha harus menghasilkan atau menjual
produknya agar tidak menderita kerugian, BEP adalah suatu keadaan dimana usaha
tidak memperoleh laba dan tidak menderita kerugian, untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada gambar di bawah ini.
TP
BEP TB
= TBT + BV
BV
Q
Dimana
:
TP
= Total Penerimaan
TB
= Total Biaya
TBT
= Total Biaya Tetap
TBV
= Total Biaya Variabel
Q
= Volume penjualan
BV
= Biaya Variabel per unit
Titik BEP adalah pada saat total penerimaan
sama dengan total biaya, yaitu TP = TB, karena TP = TBT + (BC.Q).
Analisa BEP merupakan alat analisis untuk
mengetahui batas nilai produksi atau volume produksi suatu usaha untuk mencapai
nilai impas yang artinya suatu usaha tersebut tidak mengalami keuntungan ataupun
kerugian. Suatu usaha dikatakan layak, jika nilai BEP produksi lebih besar dari
jumlah unit yang sedang diproduksi saat ini dan BEP harga harus lebih rendah daripada
harga yang berlaku saat ini, dimana BEP produksi dan BEP harga dapat dihitung
dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Aplikasi
analisa usaha
Dengan melakukan kegiatan budidaya
ikan, diharapkan akan mendapatkan nilai tambah bagi para pembudidaya ikan.
Nilai tambah tersebut dapat berupa keuntungan finansial/materi maupun
ketrampilan. Untuk memperoleh keuntungan
materi maka dalam membudidayakan ikan harus dilakukan analisa usaha. Seperti telah dijelaskan sebelumnya dalam
kegiatan budidaya ikan dapat dikelompokkan menjadi tiga segmen usaha yaitu
usaha pembenihan ikan, usaha pendederan ikan dan usaha pembesaran ikan. Dalam
buku ini akan diuraikan secara singkat cara menghitung analisa usaha pada
beberapa
kegiatan budidaya ikan. Analisa usaha
budidaya ikan dikatakan layak jika :
·
R/C > 1
·
Rentabilitas > bunga bank, dimana :
R : Revenue (pendapatan)
C : Cost (biaya)
·
BEP Produksi > jumlah produksi
·
BEP Harga < harga yang berlaku saat
ini
Analisa
Usaha Pembenihan Ikan Gurame
Dalam membuat analisa usaha pembenihan
ikan Gurame dibuat asumsi terlebih dahulu untuk memudahkan dalam melakukan perhitungan
, antara lain adalah :
o
Jumlah induk yang dibutuhkan dengan
luas kolam 100 m2 untuk satu kali pemijahan adalah 1 ekor induk jantan yang
mempunyai berat 6 kg dan satu ekor induk betina yang beratnya 10 kg.
o
Jumlah benih yang dihasilkan dari satu
ekor induk betina adalah 1500 ekor dengan ukuran benih perekor berkisar antara
2 - 3 cm
o
Kematian benih ikan selama pemeliharaan
diprediksi 10%
o
Selama satu tahun dapat dilakukan
pemijahan sebanyak 3 kali sehingga semua kebutuhan dalam usaha pembenihan ikan dalam
setahun dikalikan 3
o
Bunga bank pertahun adalah 16%
o
Panen dapat dilakukan setelah tiga
bulan pemeliharaan
Setelah membuat beberapa asumsi asumsi
tersebut dapat dibuat suatu perhitungan analisa usaha selama pemeliharaan.
Pengeluaran :
No.
|
Uraian
|
Satuan
|
Harga
Satuan
|
Harga
|
1
|
Sewa
kolam
|
2 unit
|
Rp
100.000,-
|
Rp
200.000,-
|
2
|
Induk
jantan
|
6 kg
|
Rp
30.000,-
|
Rp
180.000,-
|
3
|
Induk
betina
|
10 kg
|
Rp
30.000,-
|
Rp
300.000,-
|
4
|
Sarang
telur
|
4 bh
|
Rp
5.000,-
|
Rp
20.000,-
|
5
|
Persiapan
kolam
|
2 unit
|
Rp
50.000,-
|
Rp
100.000,-
|
6
|
Saprokan
(pupuk,
kapur,
obat-obatan
dan
lain-lain)
|
|
|
Rp
100.000,-
|
7
|
Pakan
induk (pellet)
|
150 kg
|
Rp
5.000,-
|
Rp
750.000,-
|
8
|
Pakan
alami (untuk
benih
dan induk)
|
|
|
Rp
200.000,-
|
9
|
Bunga
bank
|
16%
|
|
Rp
296.000,-
|
|
Total Pengeluaran
|
|
|
Rp
2.257.000,-
|
Pendapatan :
16.200
ekor X Rp 200,- = Rp 3.240.000,-
Keuntungan
= Pendapatan –
Pengeluaran
= Rp
3.240.000,- - Rp 2.257.000,- = Rp 983.000,-
R/C
Ratio =
= 1.43
Rentabilitas
=
Rentabilitas =
x 100% = 43,55 %
BEP Produksi =
BEP Produksi =
BEP Harga =
BEP Harga =
Analisa
usaha Pendederan Ikan Gurame
Asumsi
:
τΈ Padat penebaran benih : 10 ekor/m2
τΈ Kematian benih selama pemeliharaan : 10%
τΈ Bunga bank 20% pertahun
τΈ Panen benih dilakukan setelah tiga bulan pemeliharaan
Setelah membuat beberapa asumsi asumsi
tersebut dapat dibuat suatu perhitungan analisa usaha selama pemeliharaan.
Total Pengeluaran
No.
|
Uraian
|
Satuan
|
Harga
|
Satuan
Harga
|
1.
|
Sewa
kolam
|
1
unit
|
Rp
100.000,-
|
Rp
100.000,-
|
2.
|
Benih
|
6.000
ekor
|
Rp
200,-
|
Rp
1.200.000,-
|
3.
|
Pakan
benih
|
250
|
|
Rp
1.250.000,-
|
4.
|
Persiapan
kolam
|
1
unit
|
Rp
50.000,-
|
Rp
50.000,-
|
5.
|
Saprokan
(pupuk,
kapur,
obat-obatan
dan
lain-lain)
|
|
|
Rp
100.000,-
|
6.
|
Bunga
bank
|
16%
|
|
Rp
432.000,-
|
|
Total
Pengeluaran
|
|
|
Rp
3.132.000,-
|
Pendapatan :
5.400
ekor X Rp 800,- = Rp 4.320.000,-
Keuntungan = Pendapatan – Pengeluaran
= Rp
4.320.000,- - Rp 3.132.000,- = Rp 1.188.000,-
R/C
Ratio =
= 1,43
Rentabilitas
=
X 100%
Rentabilitas
=
X 100% = 37,93%
BEP
Produksi =
BEP
Produksi =
= 3915
BEP
Harga =
BEP
Harga =
=
580
Analisa
usaha Pembesaran Ikan Gurame
Asumsi
:
τΈ Padat penebaran benih : 10 ekor/m2
τΈ Kematian benih selama pemeliharaan : 10%
τΈ Bunga bank 20% pertahun
τΈ Panen ikan dilakukan setelah delapan bulan pemeliharaan dengan
ukuran ikan pada saat panen adalah 500
ekor/gram
τΈ Luas jaring yang digunakan jaring apung 7 X 7 X 3 m Setelah
membuat beberapa asumsi asumsitersebut dapat dibuat suatu perhitungan analisa
usaha selama pemeliharaan
Pengeluaran :
No.
|
Uraian
|
Satuan
|
Harga
|
Satuan
Harga
|
1.
|
Sewa
kolam
|
1
unit
|
Rp
200.000,-
|
Rp
200.000,-
|
2.
|
Benih
|
3500
ekor
|
Rp
800,-
|
Rp
2.800.000,-
|
3.
|
Pakan
benih
|
2000
|
|
Rp
10.000.000,-
|
4.
|
Persiapan
kolam
|
1
unit
|
Rp
50.000,-
|
Rp
50.000,-
|
5.
|
Tenaga
kerja
|
1
org
|
|
Rp
700.000,-
|
6.
|
Bunga
bank
|
16%
|
|
Rp
2.200.000,-
|
|
Total
Pengeluaran
|
|
|
Rp
15.950.000,-
|
Panen
= 3.150 ekor X 500 gram/ekor = 1.575.000 gram = 1.575 kg
Pendapatan :
1.575
kg X Rp 15.000,- = Rp 23.625.000,-
Keuntungan
= Pendapatan –
Pengeluaran
= (Rp
23.625.000,-) - (Rp 15.950.000,-) = Rp 7.675.000,-
R/C
Ratio =
= 1,48
Rentabilitas
=
X 100%
Rentabilitas
=
X 100% = 48,12%
BEP
Produksi =
BEP
Produksi =
= 1063,33
BEP
Harga =
BEP
Harga =
= 10.126,98
DAFTAR PUSTAKA
Dedy H. Karwan, Drs., MM. 2007. Modul
Kompetensi Membuat Perencanaan Usaha Perbenihan. Departemen Pendidikan Nasional.
Gusrina. 2008.
Budidaya Ikan Jilid 3. Departemen
Pendidikan Nasional.
Hanafiah A.M., Ir., Saefuddin A.M.,
Ir., Dr. 2006. Tata Niaga Hasil Perikanan. UI – Press.
Jakarta.
MEMBUAT ANALISA
USAHA BUDIDAYA IKAN
Di Susun Oleh :
HERMAN, S.Pi
SMK
NEGERI 3 BULUKUMBA
DINAS
PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA
KABUPATEN
BULUKUMBA
Komentar